HEMATOLOGI HEMOSTASIS



Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik                                ( extrinsic pathway ) dan jalur intrinsik ( intrinsic pathway ).
Faktor Intrinsik                                                                                     Faktor Ekstrinsik
                         XII                                                                               Kerusakan jaringan
                                        Kolagen                                                        ( tromboplastin jaringan )
XI                        XIa
                                                                                                         VIIa                              VII
   I                          IX                  IXa
                      Ca, Trombosit, VIII                 
                               X                     Xa
                                                             Ca , Trombosit ( PF3 )
   II                                                                                
                Protrombin                                           Trombin     
                                                   
                                                    Fibrinogen                                      Fibrin halus

     III                                                                                                                XII

 
                                                                                                               Fibrin tak halus
Pada peristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a.    Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b.    Kofaktor
c.    Fibrinogen
d.   Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e.    Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan.

2. RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Saja Tes Laboratorium untuk Hemostasis ?
B.     Apa Parameter untuk Hemostasis tes ?
C.     Apa Indikasi dari pemeriksaan Hemostasis ?
D.    Bagaimana Persiapan dari masing-masing tes beserta Cara Kerjanya ?

3.    TUJUAN PRAKEK KERJA LAPANGAN
A.    Menyiapkan siswa untuk dapat beradaptasi saat memasuki lapangan kerja nyata dan dapat mengembangkan sikap profesionalisme.
B.     Menyiapkan siswa agar kelak mampu menentukan karier sesuai keahlian yang dimiliki, siap berkompetisi, dan dapat mengembangkan diri.
C.     Menyiapkan siswa agar menjadi tenaga kerja produktif, adaptif dan kreatif.



 
 
4.      TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN
A.    Sebagai bukti melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Parahita Diagnostic Center.
B.     Sebagai laporan dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan secara tertulis
C.     Untuk mengetahui apa saja  Test Laboratorium untuk mengetahui keadaan Hemostasis.
D.    Untuk mengetahui Parameter pada Hemostasis tes.
E.     Untuk mengetahui Indikasi dari pemeriksaan Hemostasis .
F.      Untuk Mengetahui persiapan dari tes hemostasis dan cara kerjanya.




















 




 



 
 





 
BAB III
ISI
1.      SKEMA PEMERIKSAAN SAMPEL
















Oval: Sampel siap periksa




















Oval: Hasil siap dikeluarkan di lab
 





















2.    TEST LABORATORIUM UNTUK PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
2.1     Tes Hemostasis yang dilakukan
                        I.          Percobaan pembendungan (rumple leade)
                     II.          Masa perdarahan (bleeding time )
                  III.          Masa pembekuan (clothing time )
                  IV.          Hematologi Lengkap & Hapusan Darah
                     V.          Masa protombin plasma ( PT ) & International number rate (INR )
                  VI.          Masa tromboplastin partial teraktivasi (activated partial thromboplastin time/APTT)
               VII.          Fibrinogen
            VIII.          Trombosit agregation time
2.2    Tes lain yang termasuk dalam pemeriksaan Hemostasis :
I.     Masa trombin (thrombin time, TT)
II.  Pemeriksaan penyaring untuk faktor xiii
III.         Kadar d-dimer.

3 INDIKASI DAN PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
3.1     PERCOBAAN PEMBENDUNGAN ( RUMPLE LEADE )

 
       Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan pada vena, sehingga tekanan darah di dalam kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak titik-titik merah kecil pada permukaan kulit, titik itu disebut dengan petechia.
       Pada orang normal tidak atau tidak sama sekali didapatkan petechia. Seandainya di daerah tersebut tidak ada petechia tetapi jauh di distal ada, hasil percobaan ini positif juga. Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi petechia, berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu dilakukan sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura secara spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan.
            Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan unntuk mengukur ketahanan kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini barhasil positif.
Cara Kerja Percobaan Pembendungan (RUMPLE LEADE)
a)    Alat dan Bahan :
1.    Spygnomanometer
2.    Stetoscope
b)   Langkah-langkah :
1.    Lakukan Pemeriksaan tekanan darah
2.    Pasang ikatan Spygnomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan 200 mmHg
3.    Turunkan jarum secara perlahan
4.   

 
Ukurlah tekanan systole dimana detak pertama mulai didengar dan detak terakhir dicatat sebagai tekanan dystole di dengar melalui stetoscope
5.    Tunggu sampai tanda statis darah lenyap lagi.Kemudian lepaskan ikatan Spygnomanometer
6.    Apabila tekanan systole ≥ 160 mmHg maka lakukan pembendungan dengan tekanan 100 mmHg selama 10 menit.Apabila tekanan systole <100mmHg ,maka rata-rata tekanan systole dystole,kemudian lakukan. pembendungaan dengan hasil rata-rata tersebut selama 10 menit.
7.    Lepaskan ikatan Spygnomanometer setelah 10 menit , amati adanya petechial yang terbentuk di daerah ± 4 cm dari siku buat lingkaran ϴ 5 cm.Hitung adanya petechial yang ada di dalam lingkaran.
c)    Nilai normal : Petechia < 10

3.2     MASA PERDARAHAN ( BLEEDING TIME )
       Bleeding time ( BT ) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan. 
Terdapat 2 macam cara yaitu cara Ivy dan Duke.
A. 

 
Cara Ivy
a)    Prinsip : Masa perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali setelah dilakukan penusukan pada valer lengan bawah sampai darah tidak dapat lagi dihisap  oleh kertas saring pada tekanan 40 mmHg.

 
b)   Alat & Bahan :

1.    Auto Click lancet
2.    Kapas Alkohol
3.    Blood lancet 
4.    Kertas Saring
5.    Spygnomanometer
6.    Stopwatch

c)    Langkah-langkah :
1.    Bersihkan bagian valer lengan bawah
2.    Pasang ikatan spygnomanometer pada lengan atas & pompa 40 mmHg
3.    Selama percobaan berlangsung tetap pada tekanan 40 mmHg
4.    Tegangkan kulit lengan bawah dengan sebelah tangan & tusuk dengan lancet pada satu tempat valer lengan bawah dalam 3 mm.
5.    Jika darah terlihat mulai keluar ,jalankan stopwatch
6.    Hisaplah tetesan darah yang keluar tiap 30″ dengan sepotong kertas saring ,jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
7.    Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi oleh kertas saring & catat waktunya.
d)   Nilai Normal : 1 – 6 menit

B. 

 
Cara duke :
a)    Prinsip : Masa Perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali setelah dilakukan peusukan pada pinggir anak daun telinga sampai darah tidak dapat dihisap lagi oleh kertas saring.

b)   Alat & Bahan:

1.    Auto click
2.    Kapas Alkohol
3.    Lancet
4.    Stopwatch
5.    Kertas Saring

c)    Langkah-langkah :
1.    Bersihkan anak daun telinga dengan kapas alcohol , biarkan kering.
2.    Tusuklah dengan lancet steril yang agak dalam, jika darah mulai keluar jalankan stopwatch.
3.    Hisaplah darah dengan kertas saring tiap 30″.
4.    Jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap.
5.    Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
d)   Nilai normal : 1 – 3 menit

 
             Pemeriksaan masa perdarahan merupakan suatu tes yang kurang memuaskan karena tidak dapat dilakukan standarisasi tusukan baik mengenai dalamnya, panjangnya, lokalisasinya maupun arahnya sehingga korelasi antara hasil tes ini dan keadaan klinik tidak begitu baik. Perbedaan suhu kulit juga dapat mempengaruhi hasil tes ini.
                  Hasil pemeriksaan menurut cara Ivy lebih dapat dipercaya daripada cara Duke, karena pada cara Duke tidak dilakukan pembendungan sehingga mekanisme hemostatis kurang dapat dinilai. Apabila pada cara Ivy perdarahan berlangsung lebih dari 10 menit dan hal ini diduga karena tertusuknya vena, perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada lengan yang lain. Kalau hasilnya tetap lebih dari 10 menit, hal ini membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme hemostatis. Tindakan selanjutnya adalah mencari letak kelainan hemostatis dengan mengerjakan pemeriksaan-pemeriksaan lain.
            BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit dibawah 100.000/ mm3.
Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek hemostasis, termasuk didalamnya
a)    trombositopenia ( biasanya dibawah 100.000/ mm3 )
b)   gangguan fungsi trombosit heriditer
c)    defek vaskuler kegagalan vasokonstriksi
d)   Von Willebrand's disease
e)    disseminated intravascular coagulation ( DIC )
f)    defek fungsi trombosit
g)   obat-obatan ( aspirin/ ASA, inhibitor siklooksigenase, warfarin, heparin, nonsteroidal anti-inflammatory drugs ( NSAID ), beta-blockers, alkohol, antibiotika ) dan hipofibrinogenemia.

 
                 Trombositopenia akibat defek produksi oleh sumsum tulang menyebabkan pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease hasil BT memanjang karena faktor von Willebrand merupakan trombosit agglutination protein.BT normal tidak menyingkirkan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat pada tindakan invasif.

3.3     MASA PEMBEKUAN ( CLOTTING TIME )
       Clotting time adalah waktu yang dibituhkan bagi darah untuk membekukan dirinya secara in vitro dgn menggunakan suatu standart yang dinamakan CLOTTING TIME. Clot adalah suatu lapisan seperti lilin/jelly yg ada didarah yg sebabkan berhentinya suatu pendarahan pada luka yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Indikasi pemeriksaan CT adalah :
a.    Setelah pemberian dosis awal bolus Heparin.
b.    Bedah jantung terbuka ( sebelum, selama dan beberapa saat setelahnya ).
c.    Tindakan kateterisasi jantung.
d.   Tindakan lain yang memerlukan antikoagulan dosis tinggi, pemeriksaan biasanya dilakukan secara serial.
Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil ACT adalah :
1.    Tidak dilakukannya pemanasan alat hingga 37º C.
2.    Hipotermia.
3.    Bahan kateter jantung dan clearing heparin flush.
4.    Hemodilusi.
5.   

 
Jumlah dan fungsi trombosit.
6.    Trombosit yang teraktivasi selama operasi biasanya menjadi disfungsional.
7.    Pemberian Protamine sulfate.
8.    Keadaan tertentu misalnya antibodi lupus dan defisiensi faktor pembekuan darah.
Pemeriksaan Clotting Time ada 2 cara :
A.  OBYECK GLASS
a)    Prinsip : Masa pembekuan dihitung mulai keluarnya darah pada ujung jari setelah dilakukan penusukan sampai terjadi benang-benang fibrin pada tetesan darah ke 2 pada obyeck glass.
b)   Alat & Bahan :

1.   Auto click
2.   Blood lancet
3.   Kapas alcohol
4.   Stopwatch
5.   Obyeck Glass

c)    Langkah-langkah :
1.    Tusuk ujung jari dengan auto click, setelah darah keluar stopwatch dijalankan. Hapus tetesan darah pertama
2.    Taruh terpisah 2 tetes darah dengan diameter 5 mm diatas obyeck glass.
3.   

 
Tiap 30 detik ujung lancet digerakkan pada tetesan darah pertama pada obyeck glass sampai terlihat benang-benang fibrin.
4.    Masa pembekuan dilihat saat adanya benang-benang fibrin pada tetesan darah ke 2 pada obyeck glass.
d)   Nilai Normal : 2 – 6 menit
B.       LEE AND WHITE
a)         Prinsip : Masa pembekuan diukur dari mulai masuknya darah kedalam spuit sampai terjadi bekuan dan dihitung pada tabung I, II, III, IV dan hasilnya dbulatkan sampai 30 detik.
b)        Alat & Bahan :

1.         Spuit
2.         Needle
3.         Tourniquet
4.         Kapas Alkohol
5.         Tabung serologi
6.         Stopwatch

c)         Langkah-langkah :
1.         Lakukan pengambilan darah vena sebanyak 5 ml, masing-masing diisi sebanyak 1 ml dan letakkan di atas rak dan jangan digoyang-goyangkan       ( sisa 1 ml dibuang ).
2.         Goyangkan tabung I sampai membeku,kemudian barulah goyang tabung II  ( ketika menggoyang tiap 30 detik,tabung diangkat dan dimiringkan untuk melihat apakah terjadi bekuan ).
3.        

 
Tindakan yang sama dilakukan pada tabung III dna IV catat waktunya.
4.         Hitung masa pembekuan dengan cara rerata dari tabung II, III dan IV.Masa pembekuan dilaporkan dengan dibulatkan sampai 30 detik.
d)        Nilai normal : 9 – 15 menit
                                                     
3.4  HEMATOLOGI LENGKAP DAN APUSAN DARAH
        Hitung darah lengkap terdiri dari beberapa panel pemeriksaan, yaitu :
1.    Hitung lekosit / white blood cell count ( WBC ). Hitung lekosit adalah jumlah lekosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Hitung jenis lekosit digunbakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis lekosit. Ada lima jenis lekosit, masing-masing dengan fungsi tersendiri dalam melindungi kita dari infeksi. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Nilai normal  Eosinofil: 0 – 4 %, Basofil: 0 – 1 %, Neutrofil: 46 – 73 %, Limfosit: 18 – 44 %, Monosit: 3 – 9 %
2.    Hitung eritrosit / red blood cell count ( RBC ). Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Nilai normal Laki-laki : 4,5 juta -5,9 juta ; Perempuan 4,5 juta - 5,1 juta.
3.    Kadar hemoglobin ( Hb ). Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah. Nilai normal untuk laki-laki adalah 14 – 18 g/dL dan untuk perempuan 12 – 16 g/dL.
4.    Hematokrit ( Hct/Ht ). Hematokrit adalah persentase eritrosit dalam volume tertentu darah. Nilai normal Laki-laki  42 – 50% ; Perempuan 36 – 45 %.
5.    Laju Endap Darah ( LED ). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keganasan, penyakit kolagen atau infeksi, membedakan tingkat radang atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara klinis susah dibedakan seperti rheumatoid artritis dan artritis akibat degeneratif. Nilai normal 0 – 20 mm.
6.   

 

 
Mean Corpuscular Volume ( MCV ). MCV adalah ukuran atau volume rata-rata eritroit. MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya ( makrositik ), misalnya pada anemia karena kekurangan vitamin B12.
     MCV menurun jika eritrosit lebih kecil dari biasanya ( mikrositik ) seperti pada anemia karena kekurangan zat besi. Nilai normal untuk laki-laki adalah 80 – 94 fL sedangkan untuk perempuan adalah 81 – 99 fL.
7.    Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ). MCH adalah jumlah rata-rata hemoglobin dalam eritrosit. Eritrosit yang lebih besar ( makrositik ) cenderung memiliki MCH yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil ( mikrositik ) akan memiliki nilai MCH yang lebih rendah. Nilai normalnya adalah 27 – 31 pg.
8.    Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ). MCHC adalah perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit.
     MCHC menurun ( hipokromia ) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia.
     Peningkatan MCHC ( hiperkromia ) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan. Nilai normalnya adalah 33 – 37 g/dL.
9.    Red cell Distribution Width ( RDW ). RDW adalah variasi ukuran eritrosit. Dalam beberapa kasus anemia, seperti anemia pernisiosa, variasi dalam ukuran eritrosit         ( anisositosis ) bersama dengan variasi dalam bentuk ( poikilositosis ) menyebabkan peningkatan RDW.
10.                   Hitung trombosit / platelet count. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit/platelet per milimeterkubik atau mikroliter darah. Nilai normal 150.000 – 450.000 /uL.
11.                  

 
Mean Platelet Volume ( MPV ). MPV adalah ukuran rata-rata trombosit/platelet. Trombosit baru lebih besar, dan peningkatan MPV terjadi ketika terjadi peningkatan jumlah platelet yang sedang diproduksi. Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi penurunan jumlah trombosit ( trombositopenia ).
Running pemeriksaan hematologi lengkap menggunaan Sysmex xs 800i :
1.        Switch utama dinyalakan, terletak di samping kanan instrument.
2.        Setelah lampu indikator menyala maka secara otomatis alat akan melakukan start up sampai layar menampilkan tulisan ready.
3.        Siapkan bahan pemeriksaan ( darah EDTA ).
4.        Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan sampel bar sampai jarum masuk kembali dan melakukan pemeriksaan.
5.        Alat akan memproses sample selama satu menit dan hasil pemeriksaan akan tampak pada layar dan dapat diprint.
       Jika didapatkan hasil hitung trombosit kurang dari 150.000 sel/ul darah dari alat Sysmex XS 800i maka perlu dilakukan tindakan cross cek dengan cara membuat preparat apus dengan pengecatan Wright and Giemza.
Cara Kerja pengecatan Wright & Giemza :
1.      Buat Preparat api , biarkan mongering.
2.      Genangi dengan cat Giemza dan buffer perbandingan 1: 1 selama 3-5 menit.

3.5  MASA PROTROMBIN PLASMA (PT) & INTERNATIONAL NORMALIZED RATIO
       Masa Protrombin Plasma ( PT ) digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral karena golongan obat tersebut menghambat pembentukan faktor pembekuan protrombin, VII, IX, dan  X.
       Pemeriksaan PT juga sering dipakai untuk memantau efek pemberian antikoagulan oral. Juga dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT dilaporkan secara seragam dengan menggunakan INR ( International Normalized Ratio ), yaitu rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens tromboplastin yang digunakan. INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International Sensitivity Index.
       INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin ( Coumadin ) pada pasien jantung, stroke, deep vein thrombosis ( DVT ), katup jantung buatan, terapi jangka pendek setelah operasi misal knee replacements. INR hanya boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari hasil yang salah pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5.
a)    Persiapan Sampel untuk pemeriksaan Protrombin Time
1.    Darah pasien dengan anticoagulant Na Citrate 3,8 % perbandingan darah: anticoagulant 1:9
2.    Pusing 3000 rpm 15 menit hingga menjadi plasma citrat.
b)   Prosedur Runing sampel Protrombin Time menggunakan alat SYSMEX CA50
1.   

 
50 ul sampel plasma citrate dalam reaction tube
2.    Masukkan dalam well
3.    Tekan start ( tungggu 3 menit )
4.    Masukkan 100 ul Rg. Thromborel S
c)    Persiapan Rg.Thromborel S
1.    Rg yang tersedia tambahkan 4 ml aquabidest dalam vial homogenkan
2.    Inkubasi 37°C selama 45 menit.
d)   Nilai normal :  9,7 – 13,1 detik.

 
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah
1.    Sampel darah membeku
2.    Membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam
3.    Diet tinggi lemak
4.    Penggunaan alkohol
Test PT ini abnormal / memanjang pada :
1.    Pada penyakit hati ( sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus )
2.    Afibrinogenemia
3.    Defisiensi faktor koagulasi ( II, V, VII, X )
4.    Disseminated intravascular coagulation ( DIC )
5.    Fibrinolysis
6.    Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
7.    Gangguan reabsorbsi usus.
8.    Pengaruh obat-obatan :
a.    Vitamin k antagonis
b.    Antibiotik ( penisilin, streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin )
c.    Antikoagulan oral ( warfarin, dikumarol)klorpromazin , klordiazepoksid, difenilhidantoin , heparin, metildopa ), mitramisin, reserpin, fenilbutazon , quinidin, salisilat/ aspirin, sulfonamide.
Tes PT memendek pada keadaan :
1.    Tromboflebitis
2.   

 
Infark miokardial
3.    Embolisme pulmonal
4.    Pengaruh obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin, kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
       Jadi disini faktor XII dan faktor XI by pass. Selain dilaporkan dalam detik, hasil PT juga dilaporkan dalam rasio, aktivitas protombin dan indeks. Rasio yaitu perbandingan antara PT penderita dengan PT kontrol. Aktivitas protombin dapat ditentukan dengan menentukan dengan menggunakan kurva standart dan dinyatakan dalam %.

3.6  TROMBOPLASTIN PARSIAL TERAKTIVASI /APTT
       Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melaui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen, XI, IX, VIII, X, V, protombin dan fibrinogen.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil APTT adalah :
1.    Bekuan pada sampel darah
2.    Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok
3.    Pengambilan sampel darah pada jalur intravena misal pada infus Heparin

a)    Persiapan Sampel untuk pemeriksaan APTT :
1.    Darah pasien + anticoagulant Na Citrat 3,8% perbandingan darah : Na citrate 3,8% 1:9
2.    Pusing 3000 rpm 15 menit hingga menjadi plasma citrat.
b)   Persiapan Reagen Actin
1.    Kocok dahulu lalu tuang ke dalam sampel cup.
2.   

 
Reagen actin siap digunakan.
c)    Persiapan Rg.CaCl2
1.    Masukkan inkubator 37°C selama 2 menit.
2.    Rg CaCl2 siap digunakan.
d)   Prosedur Runing Sampel APTT menggunakan SYSMEX CA 50
1.    50 ul sampel plasma citrate.
2.    Masukkan dalam well.
3.    Tekan start (tunggu 1 menit).
4.    Masukkan 50 ul Rg.Actin (tunggu 4 menit).
5.    Masukkan 50 ul lart CaCl2.
e)    Nilai Normal : 25,5 – 42,1 detik
APTT memanjang dijumpai pada :
1.    Defisiensi bawaan
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
a.    Faktor VIII
b.    Faktor IX
c.    Faktor XI
d.   Faktor XII
e.    Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW    kininogen ( Fitzgerald facto r) Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.

 
2.    Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
a.    Penyakit hati ( sirosis hati )
b.    Leukemia ( mielositik, monositik )
c.    Penyakit von Willebrand ( hemophilia vascular )
d.   Malaria
e.    Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation
f.     Circulating anticoagulant ( antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi )
g.    Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

3.7  FIBRINOGEN
                   Fibrinogen adalah glikoprotein dengan berat molekul mencapai 340.000 dalton. Fibrinogen disintesis di hati ( 1,7-5 g/hari ) dan oleh megakariosit. Di dalam plasma kadarnya sekitar 200-400 mg/dl.Waktu paruh fibrinogen sekitar 3-5 hari.
                   Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2 rantai Bβ dan 2 rantai γ. Trombin ( FIIa ) memecah molekul fibrinogen menjadi 2 fibrinopeptide A ( FPA ) dari rantai Aα dan 2 fibrinopeptide B ( FPB ) dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan dari reaksi ini kemudian berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya distabilkan oleh factor XIIIa.
            Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua rantai γ dari dua fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk degradasi fibrin spesifik. Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin.
a)    Persiapan sampel untuk pemeriksaan Fibrinogen
1.   

 
Darah pasien + anticoagulant Na citrate 3,8 % perbandingan 1:9
2.    Centrifuge kecepatan 3000 rpm 15 menit hingga menjadi plasma citrate.
b)   Persiapan Reagen Thrombin
1.    1ml aquadest masukkan ke vial yang telah berisi reagen
2.    Diamkan reagen terlarut
3.    Goyang sedikit agar tercampur rata
4.    reagen siap d gunakan
c)    Persiapan Reagen OVB ( Owrens Veronal Buffer )
1.    Reagen OVB langsung siap digunakan
d)   Prosedur Runing Sampel FIBRINOGEN menggunakan SYSMEX CA 50 :
1.    Campur 50 ul sampel plasma citrate dan 450 ul OVB .
2.    Ambil 100 ul masukkan dalam reaction tube.
3.    Masukkan well.
4.    Tekan start ( tunggu 3 menit ).
5.    Masukkan 50 ul Reagen thrombin.
Penyakit-penyakit dengan gangguan fibrinogen :
1.    DIC ( Disseminated Intravascular Coagulation)
2.    Obstruction Accident
a.    Solutio placentae
b.    Retention death foetus
c.    Emboli cairan amnion
3.    Extra Corporal Curculation
4.    Incompatible Blood Transfusion
MASALAH KLINIS
A. 

 
Penurunan kadar fibrinogen pada keadaan:
1.    DIC.
2.    fibrinogenolisis
3.    hipofibrinogenemia
4.    komplikasi obstetrik
5.    penyakit hati berat
6.    leukemia
B.  Peningkatan kadar ditemukan pada keadaan :
1.    Infeksi akut
2.    Penyakit kolagen
3.    Diabetes
4.    Sindroma inflamatori
5.    Obesitas
6.    Pengaruh obat : kontrasepsi oral, heparin.

3.8  TAT (TROMBOSIT AGREGATION TIME)
       Pemeriksaan agregasi trombosit digunakan untuk mengevaluasi kemampuan trombosit untuk membentuk agregat/ clump dan mengawali terbentuknya bekuan darah.

 
Indikasi pemeriksaan adalah :
1.        Membantu diagnosis gangguan fungsi trombosit baik kongenital ( Von Willebrand’s disease ) maupun didapat, pada pasien dengan riwayat perdarahan
2.        Dugaan peningkatan agregasi trombosit ( DM, hyperlipidemia )
3.        Monitoring terapi anti-trombosit ( aspirin, ticlopidine, clpopidogrel, abciximab ) paska stroke atau heart attack
4.        Deteksi faktor resiko trombosis arteri ( PJK, stroke )
5.        Monitoring fungsi trombosit selama operasi CABG ( sirkulasi mekanik dengan mesin jantung-paru mengaktifkan sejumlah besar trombosit dan menyebabkan dysfungsional trombosit ), kateterisasi jantung, transplantasi hepar.
6.        Skrining pasien preoperasi beresiko perdarahan selama prosedur invasif, misalnya pasien dengan riwayat perdarahan atau mengkonsumsi obat yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku seperti aspirin dan NSAID.
Pemeriksaan TAT menggunakan AggRAM:
a)    Persiapan sampel :
1.    10 cc darah dengan anticoagulant Na citrate 3,8 % perbandingan 1:9 di centrifuge 1000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan PRP ( Plasma Rich Platelet )
2.    Sisa plasma di centrifuge lagi  4200 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan PPP ( Plasma Poor Platelet ).
b)   Pengenceran ADP :
1.    ADP 2 uM ( 10 ul ADP + 90 NaCl )
2.    ADP 5 uM (25 ul ADP + 75 NaCl)
3.    ADP 10 uM (50 ul ADP + 50 NaCl)
c)   

 
Prosedur Running TAT menggunakan AggRAM :
1.    Hisap PRP di alat Sysmex XS 800i untuk melihat nilai Trombosit. Jika trombosit < 400 PRP langsung digunakan untuk proses running TAT. Tetapi Jika trombosit > 400, maka PRP harus diencerkan dengan PPP perbandingan 1:1.
2.    Pipet sampel PRP ke masing-masing 3 cuvete sebanyak 450 ul tambahkan masing-masing stir bar.
3.    Pipet sampel PPP ke 1 cuvete sebanyak 450 ul tanpa ditambahkan stir bar.
4.    Cuvete berisi PPP dimasukkan ke 3 lubang cuvete
5.    Inkubasi PRP 1 menit pindahkan ke channel lain.
6.    Tambahkan Rg ADP sebanyak 50 ul
7.    Tekan tombol channel.
8.    Lakukan hal sama ke channel 2 dan 3.
9.    Biarkan proses berjalan sampai keluar grafik.

3.9  MASA TROMBIN ( THROMBIN TIME TT )
Tes TT ( Thrombin Time ) adalah tes yang mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan dan plasma setelah penambahan trombin dalam sejumlah fibrinogen normal. Nilai TT memanjang pada penurunan nilai fibrinogen, disfungsi molekul fibrinogen ( disfibrinogenemia ), terapi heparin, peningkatan produk degradasi fibrinogen ( FDP ) dan Disseminated Intravasculer Coagulation ( DIC ).
   Hasil TT dipengaruhi oleh kadar dan fungsi fibrinogen serta ada tidaknya inhibitor. Hasilnya memanjang bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg/dl atau fungsi fibrinogen abnormal atau bila terdapat inhibitor thrombin seperti heparin atau FDP ( Fibrinogen degradation product ).

 
   Bila TT memanjang, pemeriksaan diulang sekali lagi dengan menggunakan campuran plasma penderita dan plasma control dengan perbandingan 1:1 untuk mengetahui adanya tidaknya inhibitor.Untuk membedakan apakah TT yang memanjang karena adanya heparin, fibrinogen abnormal atau FDP, dilakukan pemeriksaan masa reptilase. Reptilase berasal dari bisa ular Aneistrodon Rhodostoma.
   Apabila TT yang memanjang disebabkan oleh heparin maka masa reptilase akan memberikan hasil normal, sedangkan fibrinogen abnormal atau FDP akan menyebabkan masa reptilase memanjang.


3.10      PEMERIKSAAN PENYARING UNTUK FAKTOR XIII
     Pemeriksaan ini dimasukkan dalam pemeriksaan penyaring, karena baik PT, APTT, maupun TT tidak  menguji factor XIII, sehingga adanya defisiensi F XIII tidak dapat di deteksi dengan PT, APTT, maupun TT.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kemampuan factor XIII dalam menstabilkan fibrin.
     Prinsipnya F XIII mengubah fibrin soluble  menjadi fibrin stabil karena terbentuknya ikatan cross link.  Bila tidak ada F XIII, ikatan dalam molekul fibrin akan dihancurkan oleh urea 5M atau monokhlorasetat 1%. Cara pemeriksaannya adalah dengan memasukkan bekuan fibrin ke dalam larutan urea 5M atau asam monokhloroasetat 1%, kemudian setelah 24 jam stabilitas bekuan dinilai. Bila factor XIII cukup, setelah 24 jam bekuan fibrin tetap stabil dalam larutan urea 5M jika terdapat defisiensi factor XIII bekuan akan larut kembali dalam waktu 2-3 jam.

3.11      D-DIMER

 
       D-Dimer adalah produk degradasi cross linked yang merupakan hasil akhir dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. Pada proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin terbentuk sebagai langkah akhir dari proses koagulasi yaitu dari hasil katalisis oleh trombin yang memecah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan melepaskan fibrinopeptida A dan fibrinopeptida B ( FPA dan FPB ).
       D-dimer digunakan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas, suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal. Pada sebagian besar kasus, bekuan darah terjadi di pembuluh vena, tetapi ada yang juga terjadi pada arteri. Bekuan darah pada arteri koronaria dapat berasal dari aritmia jantung fibrilasi atrium atau kerusakan katup jantung yang dapat berakibat heart attack. Bekuan dapat juga berasal dari kerusakan aterosklerosis, pecahan bekuan menyebabkan emboli dan menyumbat arteri organ lain seperti otak (stroke) dan ginjal.
       Indikasi pemeriksaan D-dimer adalah pasien dengan gejala DVT , PE yang biasanya diikuti pemeriksaan PT, APTT dan jumlah trombosit untuk mendukung diagnosis. D-dimer juga dipakai untuk membantu melakukan diagnosis DIC , yang dapat timbul dari berbagai situasi seperti pembedahan, gigitan ular berbisa, penyakit hati dan setelah melahirkan.
       Peningkatan kadar D-Dimer menunjukan peningkatan produksi fibrin degradation products (FDP), terdapat pembentukan dan pemecahan trombus yang signifikan dalam tubuh tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

 
D-dimer meningkat pada :

1.  post-operasi
2.  trauma
3.  infeksi
4.  post-partum
5.  eklampsia
6.  penyakit jantung
7.  keganasan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-dimer antara lain :
a.  Hasil negatif palsu pada terapi antikoagulan
b.  Hasil positif palsu pada usia tua, Rheumatoid factor, trigliserid tinggi, lipemia, bilirubin, hemolisis sampel darah.

 
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
I.          KESIMPULAN
   Hemostasis merupakan penjumlahan dari elemen protein (koagulasi, fibrinolitik, dan antikoagulasi) dan  selular (trombosit, endotel, dan leukosit) yang bekerja pada situs jejas vascular untuk mengatur perdarahan tanpa thrombosis oklusif.
 Kelainan hemostasis perdarahan biasanya dapat disebabkan oleh satu dari tiga kelainan, yaitu:
1.      Kelainan atau defisiensi protein plasma,
2.      Kelainan jumlah atau fungsi trombosit
3.      Kelainan pada interaksi trombosit dan dinding pembuluh darah.
                        Kelainan protein koagulasi dapat berupa defisiensi protein, protein abnormal yang tidak dapat berfungsi fisiologis, dan terdapat inhibitor pada situs aktif protein atau penginduksi klirens protein.Secara umum, penghambat protein koagulasi adalah immunoglobulin, meskipun telah dilaporkan juga bahwa produksi abnormal dari heparin endogen, fibronektin, atau krioglobulin dapat merupakan sumber dari inhibitor protein koagulasi.Protein koagulasi abnormal dapat berasal dari missense, delesi, maupun translokasi DNA.Sementara itu, peningkatan klirens protein koagulasi dapat terjadi dari kompleks antibody-protein yang dikenal sebagai benda asing dan dibuang dari sirkulasi.
Fase Hemostasis          :
1.    Vasculer = Respon dari vaskuler/kapiler yaitu terjadinya konstraksi disertai dengan ekstra –vasasi dari pembuluh darah.
2.     Platelet = Akibat dari bertemu trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit akan mengalami adhesi dan agregasi.
3.    Koagulasi = Terbentuknya sumbatan (pengaktifan tidak pembekuan)
Indikasi Pemeriksaan Hemostasis :
1.        Persiapan operasi= pemeriksaan thrombosyt, pemeriksaan bledding time, pemeriksaan clotting time, dan pemeriksaan plasma prothombin time.
2.        Diagnose penyakit perdarahan
3.        Monitoring




 
 

Comments

Popular posts from this blog

pemeriksaan kadar albumin darah

kimia darah bilirubin